amtsal dalam al-qur'an
Kamis, 02 November 2017
1 Komentar
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini yang
berjudul Amtsal dalam Al-Qur’an dari materi mata kuliah Ulum Al-Qur’an,
Alhamdulillah akhirnya dapat terselesaikan.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar kami atas segala
bimbingan, ilmu, dan nasehatnya yang beliau berikan. Dan juga terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Apabila ada kekurangan dan kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf dan
kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen dan teman-teman sekalian. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua tentang
Amtsal dalam Al-Qur’an
Wassalam
Purwosari, 6 Oktober 2016
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ……………………………………………………………............ 1
Daftar
isi ……………………………………………………………............ 2
Pendahuluan ……………………………………………………………............ 3
Pembahasan ……………………………………………………………............ 4
Pengertian amtsal ……………………………………………............ 4
Macam-macam amtsal …………………………………………………… 5
Manfaat Amtsal ……...……………………………………………. 9
Penutup ……………………………………………………………............ 11
Daftar
pustaka ……………………………………………………........................ 12
A.PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
salah satu aspek
keindahan retorika Al-Qur’an adalah amtsal (perumpamaan-perumpamaan)-nya.
Al-Qur’an tidak hanya memuat masalah kehidupan dunia yang diindera, tetapi juga
memuat masalah kehidupan akhirat dan hakikat lainnya yang memiliki makna dan
tujuan ideal yang tidak dapat diindera dan berada di luar pemikiran akal
manusia. Pembicaraan yang terakhir ini
dituangkan dalam bentuk kata yang indah, mempesona, dan mudah dipahami, yang
dirangkai dalam untaian perumpamaan dengan sesuatu yang telah diketahui secara
yakin, yang dinamai tamtsil (perumpamaan) itu
tamtsil (membuat
perumpamaan) merupakan gaya bahasa yang dapat menampilkan pesan yang berbekas
pada hati sanubari. Oleh karena itu, Allah membuat perumpamaan bagi manusia
bukan binatang atau mahluk lainnya-agar manusia dapat memikirkan dan memahami
rahasia serta isyarat yang terkandung didalamnya.
RUMUSAN MASALAH
·
Apa itu pengertian amtsal
Al-Qur’an?
·
Macam-macam amtsal Al-Qur’an?
·
Apakah manfaat amtsal?
Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui Pengertian Tentang Atsal dalam al-qur’an.
2. Untuk mengetahui
macam-macam al-qur’an.
3. Untuk mengetahui
manfaat amtsal.
B.
PEMBAHASAN
Amtsal dalam al-Qur’an
A.Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, yang memiliki arti
Perumpamaan[1].
Secara
etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal
yang berarti serupa atau sama, dapat juga berarti contoh, teladan, peribahasa
atau cerita perumpamaan.
Makna amtsal
secara terminologi dapat ditemukan dalam berbagai pendapat ulama berikut:
Menurut Ibnu
Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-Qattan, amtsal ialah
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, mendekatkan
sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan
salah satu dari dua hal yang indrawi atas yang lain, dengan menganggap yang
satu sebagai yang lain.
Menurut
as-Suyuthi dalam al-Itqan, amtsal ialah mendeskripsikan makna
yang abstrak dengan gambaran yang konkret karena lebih mengesan di dalam hati,
seperti menyerupakan yang samar dengan yang tampak, yang ghaib dengan yang
hadir.
Kata matsal
juga di gunakan untuk menunjukkan arti keadaan dan kisah yang menakjubkan.
Dengan pengertian ini kata matsal ditafsirkan dalam banyak Al-Qur’an.
Misalnya firman Alloh:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ
غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ
مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ
فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ
فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ.
“Perumpamaan
surga yang di janjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya
terdapat sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu
yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi
minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”
Ayat tersebut
menggambarkan keadaan dan sifat surga yang sangat mengagumkan.
Ø Amtsal merupakan bentuk jamak dari matsal, yang
berarti perumpamaan, perserupaan atau gambaran.[2]
Ø Sedangkan menurut istilah, amthal adalah perumpamaan
sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan menampakkan pengertian yang abstrak
dalam ungkapan yang indah dan menarik.
§ Amstal berasal dari kata mitsl yang artinya
perumpamaan, sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat, yaitu:
·
Menurut istilah ulama’ ahli
adab, amstal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang di
ceritakan dengan sesuatu yang di tuju.
·
Menurut istilah ulama’ ahli
bayan, amstal adalah ungkapan majaz yang di samakan dengan asalnya karena
adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
·
Menurut ulama’ ahli tafsir,
amstal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah,
singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun
majaz mursal.[3]
B.Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Di kalangan para
ulama terdapat perbedaan tentang macam-macam amtsal Al-Qur’an, adanya
perbedaan tersebut disebabkan banyak dan beragamnya amtsal dalam
al-Qur’an.
Manna’ Khalil
al-Qattan membagi amtsal Al-Qur’an menjadi tiga macam, yaitu: Amtsal
Musharrahah, Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah. Dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Amtsal
Musharrahah, maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafadz matsal
atau dengan sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan). [4]
Amtsal ini seperti banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, dan berikut ini
beberapa di antaranya :
a. Tentang orang
munafik:
“Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya. Alloh menghilangkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti yang ditimpa
hujan lebat dari
langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat…sampai dengan-Sesungguhnya Alloh berkuasa atas
segala sesuatu.”
Di dalam ayat
ini Alloh membuat dua perumpamaan bagi orang munafiq; matsal yang
berkenaan dengan api dalam firman-Nya, ”adalah seperti orang yang menyalakan
api,,,” karena di dalam api terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain
adalah berkenaan dengan air,”atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit….” karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Dan wahyu
yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan menghidupkannya.
Alloh juga menyebutkan kondisi orang munafiq dalam dua keadaan. Di satu sisi
mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan.
Dalam hal ini mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam.
Namun keislaman mereka tidak memberi pengaruh terhadap hati mereka karena Alloh
menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu, “Alloh menghilangkan cahaya yang
menyinari mereka.” Kemudian membiarkan unsur api “membakar” yang ada padanya.
Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Adapun dalam matsal
air, Alloh menyerupakan mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang
disertai gelap gulita, guruh dan kilat, kekuatannya terkuras habis. Lalu ia
menyumbat telinga dengan jari-jemarinya, sambil memejamkan mata karena takut
petir menimpanya. Gambaran ini laksana Al-Qur’an dengan peringatan, perintah,
larangan dan khithabnya bagi mereka seperti petir yang turun menyambar.
b. Alloh juga
menyebutkan dua matsal air dan api, untuk menggambarkan yang hak dan yang batil.
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat
perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah
Alloh membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan
hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat
kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat
perumpamaan-perumpamaan.”
2. Amtsal
Kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas
lafadz tamtsil, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik,
dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila
dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya:
a. Ayat-ayat
yang senada dengan suatu ungkapan “Sebaik-baik perkara adalah yang tidak
berlebihan, adil dan seimbang.” Yaitu:
1) Firman Alloh
tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan di
antara itu…” (Al-Baqarah: 68)
2) Firman Alloh
tentang nafkah: “Dan mereka yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) seimbang.”
(Al-Furqan: 67)
3) Firman Alloh
mengenai shalat: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”
(Al-Isra: 110)
4) Firman Alloh
mengenai infaq: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu
dan jangan pula terlalu mengulurkannya.” (Al-Isra: 29)
b. Ayat yang
senada dengan ungkapan “orang yang mendengar itu tidak sama dengan yang
menyaksikannya sendiri.” Misalnya firman Alloh tentang Ibrahim:”Alloh
berfirman:Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab:”Saya telah percaya,akan
tetapi agar bertambah tetap hati saya.”
c. Ayat yang
senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu lakukan, maka seperti itu kamu
akan dibalas.”
d. Ayat yang
senada dengan ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk dua kali lubang yang
sama.”
3. Amtsal
Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku sebagai matsal.
Seperti:
a. “Sekarang ini
jelaslah kebenaran itu.” (QS. Yusuf: 51)
b. “Tidak ada
yang akan bisa menyatakan terjadinya hari itu selain dari Alloh.” (QS. An-Najm:
58)
c. “Telah
diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).” (QS. Yusuf: 41)
d. “Bukankah
shubuh itu sudah dekat?” (QS. Hud: 81)
e. “Tiap-tiap
khabar berita mempunyai masa yang menentukannya (yang membuktikan benarnya atau
dustanya); dan kamu akan mengetahuinya.” (QS. Al-An’am: 67)
f. “Dan rencana
yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.”
(QS. Fathir: 43)
g. “Katakanlah;’Tiap-tiap
orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al-Isra’: 84)
h. “Boleh kamu
membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
i. “Tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir:
38)
j. “Adakah
balasan kebaikan selain dari kebaikan (pula)?” (QS. Ar-Rahman: 60)
k. “Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”
(QS. Al-Mukminun: 53)
l. “Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj:
73)
m. “Untuk
kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.” (QS.
Ash-Shaffat: 61)
n. “Tidak sama
yang buruk dengan yang baik.” (QS. Al-Maidah: 100)
o. “Betapa
banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Alloh.” (QS. Al-Baqarah: 249)
p. “Kamu kira
mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah.” (QS. Al-Hasyr: 14)
Muhammad Jabir
al-Fayad mengatakan bahwa secara garis besar ada dua macam matsal,
yaitu:
1. Al-Amtsal
azh-Zhahirah, yaitu matsal yang secara eksplisit menggunakan
kata matsal, baik dalam bentuk tasybih maupun muqaranah,baik
dalam ungkapan yang ringkas dan pendek maupun dalam bentuk uraian cerita yang
panjang.
2. Al-Amtsal
Al-Kaminah, matsal ini sebenarnya
hampir sama dengan Al-Amtsal azh-Zhahirah, hanya saja tidak secara
eksplisit mencantumkan kata matsal. Dengan pengertian ini, maka semua
kisah dalam Al-Qur’an dapat dipandang sebagai Amtsal Kaminah.
Menurut al-suyuthi dan juga al-zarqani amthalul qur’an
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Amstal
Musharrahah adalah perumpamaan yang didalamnya terdapat lafad perumpamaan.[5]
2.Amstal
Kaminah adalah perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas lafad
perumpamaan didalamnya, tetapi lafad itu menunjukkan makna perumpamaan
yang indah dan menarik
c. manfaat amtsal
Ada
beberapa manfaat dari Amtsalul Quran. Di antaranya yaitu:
- Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk nyata yang dapat dirasakan dan dipahami oleh indra manusia.
- Menyingkapkan hakikat dari sesuatu yang tidak nampak menjadi seakan-akan nampak. Contoh:
“Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata: Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 27)
- Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
- Memotivasi orang untuk mengikuti perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal. Misalnya Allah Swt membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah Swt. Hal tersebut akan memberikan kebaikan yang banyak.
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)
- Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
Misalnya
firman Allah tentang larangan mengunjing:
“… dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya…” (QS. Al-Hujurat : 12)
- Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan agar kita dapat mengambil
- Untuk memuji orang yang diberi mats Seperti pada firman-Nya tentang para sahabat:“… Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)…” (QS. Al-Fath : 29).
Begitula
para sahabat Nabi, pada mulanya mereka hanya golongan minoritas, kemudian
tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena
ketaqwaan dan semangat mereka memperjuangkan agama Islam.
- Untuk menggambarkan (dengan matsal tersebut) sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat hingga tidak mengamalkannya. Firman-Nya:
“Dan
bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat
Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada
ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah
dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah
(kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. Al-A’raf :
175-176).
9.
Untuk menjadi hujjah (argumen) atas kebenaran. Seperti dalam firman Allah dalam
Surat An-Nahl ayat 75:
“Allah
membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak
dapat berbuat (bertindak) terhadap sesuatu pun dan seseorang yang
Kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebahagian dari
rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai
penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
Amtsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang
indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih
maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
Amtsal Al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak
diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Dari ciri-ciri
spesifik sebagaimana dikemukakan di atas, terlihat bahwa makna amtsal
Al-Qur’an demikian luas, yang dapat memunculkan berbagai pemahaman yang tak
terbatas. Inilah yang menyebabkan amtsal Al-Qur’an menjadi kaidah dari
berbagai prinsip kebenaran. Seperti firman Alloh:
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا اْلقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ.
Macam-macam amtsal
Al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh mitslu
atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa menggunakan lafazh mitslu
dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih.
Faedah
mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah mendorong manusia
untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci oleh
agama serta menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar
pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia
mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik dan
menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.
Daftar
pustaka
Al-Qaththan, Syaikh
Manna’. Pengantar studi ilmu al-qur’an. Pustaka al-kautsar. 2006. hal 352.
Gufron,Mohammad
dan Rahmawati. Ulumul qur’an praktis dan mudah. Teras. Yogyakarta. 2013. hal 97.
Syadali, Ahmad
dan Rofi’I, Ahmad. Ulumul qur’an Pustaka Setia. Bandung. 2000. hal 35.
Mannak Al
Qattam, Syaikh Pustaka al kaustar, Jakarta Timur, 2004, hal 352.
[2] Mohammad Gufron,M.Pd dan
Rahmawati, MA, ULUMUL QUR’AN PRAKTIS DAN
MUDAH, TERAS, YOGYAKARTA, 2013, hlm. 97.
[3] Drs. H. Ahmad Syadali, M.
A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’I,ulumul qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 35.
[5]Mohammad Gufron,M.Pd dan Rahmawati, MA, ULUMUL QUR’AN PRAKTIS DAN MUDAH, TERAS,
YOGYAKARTA, 2013, hlm. 97.
selamat membaca
BalasHapus