amtsal dalam al-qur'an



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini yang berjudul Amtsal dalam Al-Qur’an dari materi mata kuliah Ulum  Al-Qur’an, Alhamdulillah akhirnya dapat terselesaikan.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar kami atas segala bimbingan, ilmu, dan nasehatnya yang beliau berikan. Dan juga terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Apabila ada kekurangan dan kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf dan kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen dan teman-teman sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua tentang Amtsal dalam Al-Qur’an
Wassalam



Purwosari, 6 Oktober 2016


DAFTAR ISI


Kata pengantar         ……………………………………………………………............    1
Daftar isi                    ……………………………………………………………............    2
Pendahuluan             ……………………………………………………………............    3
Pembahasan              ……………………………………………………………............    4
            Pengertian amtsal                  ……………………………………………............    4
            Macam-macam amtsal          ……………………………………………………    5
            Manfaat Amtsal                    ……...…………………………………………….    9
Penutup                      ……………………………………………………………............    11
Daftar pustaka          ……………………………………………………........................    12
A.PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
     salah satu aspek keindahan retorika Al-Qur’an adalah amtsal (perumpamaan-perumpamaan)-nya. Al-Qur’an tidak hanya memuat masalah kehidupan dunia yang diindera, tetapi juga memuat masalah kehidupan akhirat dan hakikat lainnya yang memiliki makna dan tujuan ideal yang tidak dapat diindera dan berada di luar pemikiran akal manusia. Pembicaraan  yang terakhir ini dituangkan dalam bentuk kata yang indah, mempesona, dan mudah dipahami, yang dirangkai dalam untaian perumpamaan dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin, yang dinamai tamtsil (perumpamaan) itu
      tamtsil (membuat perumpamaan) merupakan gaya bahasa yang dapat menampilkan pesan yang berbekas pada hati sanubari. Oleh karena itu, Allah membuat perumpamaan bagi manusia bukan binatang atau mahluk lainnya-agar manusia dapat memikirkan dan memahami rahasia serta isyarat yang terkandung didalamnya.

RUMUSAN MASALAH

·         Apa itu pengertian amtsal Al-Qur’an?
·         Macam-macam amtsal Al-Qur’an?
·         Apakah manfaat amtsal?

Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Tentang Atsal dalam al-qur’an.
2. Untuk mengetahui macam-macam al-qur’an.
3. Untuk mengetahui manfaat amtsal.


B. PEMBAHASAN

Amtsal dalam al-Qur’an
A.Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan matsil serupa dengan syabah, syibh dan syabih, yang memiliki arti Perumpamaan[1].
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal yang berarti serupa atau sama, dapat juga berarti contoh, teladan, peribahasa atau cerita perumpamaan.
Makna amtsal secara terminologi dapat ditemukan dalam berbagai pendapat ulama berikut:
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-Qattan, amtsal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua hal yang indrawi atas yang lain, dengan menganggap yang satu sebagai yang lain.
Menurut as-Suyuthi dalam al-Itqan, amtsal ialah mendeskripsikan makna yang abstrak dengan gambaran yang konkret karena lebih mengesan di dalam hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang tampak, yang ghaib dengan yang hadir.
Kata matsal juga di gunakan untuk menunjukkan arti keadaan dan kisah yang menakjubkan. Dengan pengertian ini kata matsal ditafsirkan dalam banyak Al-Qur’an. Misalnya firman Alloh:

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ.

“Perumpamaan surga yang di janjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang di dalamnya terdapat sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”
Ayat tersebut menggambarkan keadaan dan sifat surga yang sangat mengagumkan.



Ø  Amtsal merupakan bentuk jamak dari matsal, yang berarti perumpamaan, perserupaan atau gambaran.[2]
Ø  Sedangkan menurut istilah, amthal adalah perumpamaan sesuatu dengan sesuatu yang lain dengan menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah dan menarik.

§  Amstal berasal dari kata mitsl yang artinya perumpamaan, sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat, yaitu:
·         Menurut istilah ulama’ ahli adab, amstal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang di ceritakan dengan sesuatu yang di tuju.
·         Menurut istilah ulama’ ahli bayan, amstal adalah ungkapan majaz yang di samakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
·         Menurut ulama’ ahli tafsir, amstal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.[3]








B.Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Di kalangan para ulama terdapat perbedaan tentang macam-macam amtsal Al-Qur’an, adanya perbedaan tersebut disebabkan banyak dan beragamnya amtsal dalam al-Qur’an.
Manna’ Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur’an menjadi tiga macam, yaitu: Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah. Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Amtsal Musharrahah, maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafadz matsal atau dengan sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan). [4] Amtsal ini seperti banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, dan berikut ini beberapa di antaranya :
a. Tentang orang munafik:
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Alloh menghilangkan cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti yang ditimpa hujan lebat dari
langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat…sampai dengan-Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala sesuatu.”

Di dalam ayat ini Alloh membuat dua perumpamaan bagi orang munafiq; matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-Nya, ”adalah seperti orang yang menyalakan api,,,” karena di dalam api terdapat unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan dengan air,”atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit….” karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Dan wahyu yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan menghidupkannya. Alloh juga menyebutkan kondisi orang munafiq dalam dua keadaan. Di satu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan kemanfaatan. Dalam hal ini mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk Islam. Namun keislaman mereka tidak memberi pengaruh terhadap hati mereka karena Alloh menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu, “Alloh menghilangkan cahaya yang menyinari mereka.” Kemudian membiarkan unsur api “membakar” yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.

Adapun dalam matsal air, Alloh menyerupakan mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, kekuatannya terkuras habis. Lalu ia menyumbat telinga dengan jari-jemarinya, sambil memejamkan mata karena takut petir menimpanya. Gambaran ini laksana Al-Qur’an dengan peringatan, perintah, larangan dan khithabnya bagi mereka seperti petir yang turun menyambar.

b. Alloh juga menyebutkan dua matsal air dan api, untuk menggambarkan yang hak dan yang batil.
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan.”
2. Amtsal Kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamtsil, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya:
a. Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan “Sebaik-baik perkara adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang.” Yaitu:
1) Firman Alloh tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan di antara itu…” (Al-Baqarah: 68)
2) Firman Alloh tentang nafkah: “Dan mereka yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) seimbang.” (Al-Furqan: 67)
3) Firman Alloh mengenai shalat: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Al-Isra: 110)
4) Firman Alloh mengenai infaq: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula terlalu mengulurkannya.” (Al-Isra: 29)
b. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang yang mendengar itu tidak sama dengan yang menyaksikannya sendiri.” Misalnya firman Alloh tentang Ibrahim:”Alloh berfirman:Apakah kamu belum percaya?” Ibrahim menjawab:”Saya telah percaya,akan tetapi agar bertambah tetap hati saya.”
c. Ayat yang senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu lakukan, maka seperti itu kamu akan dibalas.”
d. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk dua kali lubang yang sama.”

3. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku sebagai matsal. Seperti:
a. “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS. Yusuf: 51)
b. “Tidak ada yang akan bisa menyatakan terjadinya hari itu selain dari Alloh.” (QS. An-Najm: 58)
c. “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).” (QS. Yusuf: 41)
d. “Bukankah shubuh itu sudah dekat?” (QS. Hud: 81)
e. “Tiap-tiap khabar berita mempunyai masa yang menentukannya (yang membuktikan benarnya atau dustanya); dan kamu akan mengetahuinya.” (QS. Al-An’am: 67)
f. “Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.” (QS. Fathir: 43)
g. “Katakanlah;’Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing.” (QS. Al-Isra’: 84)
h. “Boleh kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
i. “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir: 38)
j. “Adakah balasan kebaikan selain dari kebaikan (pula)?” (QS. Ar-Rahman: 60)
k. “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)” (QS. Al-Mukminun: 53)
l. “Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj: 73)
m. “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.” (QS. Ash-Shaffat: 61)
n. “Tidak sama yang buruk dengan yang baik.” (QS. Al-Maidah: 100)
o. “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Alloh.” (QS. Al-Baqarah: 249)
p. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah.” (QS. Al-Hasyr: 14)



Muhammad Jabir al-Fayad mengatakan bahwa secara garis besar ada dua macam matsal, yaitu:
1. Al-Amtsal azh-Zhahirah, yaitu matsal yang secara eksplisit menggunakan kata matsal, baik dalam bentuk tasybih maupun muqaranah,baik dalam ungkapan yang ringkas dan pendek maupun dalam bentuk uraian cerita yang panjang.
2. Al-Amtsal Al-Kaminah, matsal ini sebenarnya hampir sama dengan Al-Amtsal azh-Zhahirah, hanya saja tidak secara eksplisit mencantumkan kata matsal. Dengan pengertian ini, maka semua kisah dalam Al-Qur’an dapat dipandang sebagai Amtsal Kaminah.

Menurut al-suyuthi dan juga al-zarqani amthalul qur’an dibagi menjadi dua yaitu:
1. Amstal Musharrahah adalah perumpamaan yang didalamnya terdapat lafad perumpamaan.[5]
2.Amstal Kaminah adalah perumpamaan yang tidak disebutkan dengan jelas lafad                                                          perumpamaan didalamnya, tetapi lafad itu menunjukkan makna perumpamaan yang indah dan menarik

c. manfaat amtsal
Ada beberapa manfaat dari Amtsalul Quran. Di antaranya yaitu:
  1. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk nyata yang dapat dirasakan dan dipahami oleh indra manusia.
  2. Menyingkapkan hakikat dari sesuatu yang tidak nampak menjadi seakan-akan nampak. Contoh:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata: Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 27)
  1. Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
  2. Memotivasi orang untuk mengikuti perbuatan baik seperti apa yang digambarkan dalam amtsal. Misalnya Allah Swt membuat matsal bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah Swt. Hal tersebut akan memberikan kebaikan yang banyak.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)
  1. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif
Misalnya firman Allah tentang larangan mengunjing:
 “… dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…” (QS. Al-Hujurat : 12)
  1. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan agar kita dapat mengambil
  2. Untuk memuji orang yang diberi mats Seperti pada firman-Nya tentang para sahabat:“… Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin)…” (QS. Al-Fath : 29).
Begitula para sahabat Nabi, pada mulanya mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena ketaqwaan dan semangat mereka memperjuangkan agama Islam.
  1. Untuk menggambarkan (dengan matsal tersebut) sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah tetapi ia tersesat hingga tidak mengamalkannya. Firman-Nya:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. Al-A’raf : 175-176).
9. Untuk menjadi hujjah (argumen) atas kebenaran. Seperti dalam firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 75:
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat berbuat (bertindak) terhadap sesuatu pun dan seseorang yang Kami beri rezeki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebahagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan.
C. PENUTUP

Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
Amtsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
Amtsal Al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Dari ciri-ciri spesifik sebagaimana dikemukakan di atas, terlihat bahwa makna amtsal Al-Qur’an demikian luas, yang dapat memunculkan berbagai pemahaman yang tak terbatas. Inilah yang menyebabkan amtsal Al-Qur’an menjadi kaidah dari berbagai prinsip kebenaran. Seperti firman Alloh:
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا اْلقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ.
Macam-macam amtsal Al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa menggunakan lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih.
Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.



Daftar pustaka
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar studi ilmu al-qur’an. Pustaka al-kautsar. 2006. hal 352.

Gufron,Mohammad dan Rahmawati. Ulumul qur’an praktis dan mudah. Teras. Yogyakarta. 2013. hal 97.

Syadali, Ahmad dan Rofi’I, Ahmad. Ulumul qur’an Pustaka Setia. Bandung. 2000. hal 35.

Mannak Al Qattam, Syaikh Pustaka al kaustar, Jakarta Timur, 2004, hal 352.


[1] Syaikh Manna’ Al-Qaththan, PENGANTAR STUDI ILMU AL-QUR’AN, PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2006, hlm. 352.
[2] Mohammad Gufron,M.Pd dan Rahmawati, MA, ULUMUL QUR’AN PRAKTIS DAN MUDAH, TERAS, YOGYAKARTA, 2013, hlm. 97.
[3] Drs. H. Ahmad Syadali, M. A. dan Drs. H. Ahmad Rofi’I,ulumul qur’an,  Pustaka Setia, Bandung, 2000, hal 35.
[4] Syaikh Mannak Al Qattam, Pustaka al kaustar, Jakarta Timur, 2004, hal 352.
[5]Mohammad Gufron,M.Pd dan Rahmawati, MA, ULUMUL QUR’AN PRAKTIS DAN MUDAH, TERAS, YOGYAKARTA, 2013, hlm. 97.

1 Komentar untuk "amtsal dalam al-qur'an"

Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel