rasionalisme

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGANTAR
Bab ini akan membahas secara ringkas tentang pemikir tokoh rasionalisme baik yang hidup di era klasik maupun era modern. Untuk era klasik, pembahasan difokuskan pada pemikiran Rene Descartes dan Baruch Spinoza. Kendari tokoh-tokoh rasionalisme ini memiliki perbedaan, tetapi mereka memiliki kesamaan yakni mereka sama-sama meyakini bahwa rasio adalah sumber pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Apa itu rasionalisme?
2. Apa ajaran-ajaran pokok rasionalisme
3. Siapa saja tokoh rasionalisme dan bagaimanakah pemikirannya?
C. TUJUAN PENULISAN.
1. Mengetahui pengertian rasionalisme
2. Mengetahui ajaran-ajaran pokok rasionalisme
3. Mengetahui tokoh-tokoh rasionalisme dan pemikirannya











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ajaran-ajaran pokok Rasionalisme
Beberapa ajaran rasionalisme di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Rasionalisme percaya bahwa melalui proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal : (a) mengenai apa yang ada serta strukturnya, dan (b) tentang alam semesta pada umumnya.
b.      Realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa menggunakan metode empiris.
c.       Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului pengalaman apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman disebut dengan pengetahuan priori.
d.      Akal budi adalah sumber utama ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah sistem deduktif yang dapat dipahami secara rasional yang hanya secara tidak langsung berhubungan dengan pengalaman indrawi.
e.       Kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi, akan tetapi melalui kriteria konsistensi logis. Kaum rasionalisme menentukan kebenaran yang didasarkan atas konsistensi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain atau kesesuaian antara pernyataan dengan kesepakatan para ilmuan.
f.       Alam semesta mengikuti hukum-hukum alam yang rasional, karena alam semesta adalah sistem yang dirancang secara rasional, yang aturan-aturannya sesuai dengan logika/matematika.
B.     Plato
Nama asli plato (427-347 SM) adalah Aristokles. Tapi panggilan Plato yang lebih dikenal sampai sekarang.
1.      Pemikir dan pemikiran yang mempengaruhi Plato
Pandangan plato tentang filsafat dipengaruhi oleh beberapa filsuf pra Socrates antara lain:
a.       Pytagoras, yang memberikan pengaruh bagi Plato tentang keabadian jiwa, mistisisme dan matematika.
b.      Parmanides, yang memberi Plato pemikiran tentang kenyataan yang abadi, yang tidak berubah oleh waktu sebagai realitas paling dasar yang paling dasar yang oleh Plato disebut dunia Idea.
c.       Heraclitos, yang memberi Plato dasar pemikiran tentang tidak adanya sesuatu yang permanen dalam dunia fisik, karena itu pengetahuan tentang dunia empiris hanya sekedar doxa (pendapat) dan bukan episteme pengetahuan yang sempurna).
d.      Socrates, yang memberikan pengaruh kepada Plato tentang problem etika serta perlunya tujuan kehidupan didunia, karenanya Plato menekankan perlunya menggeluti pengetahuan tentang Idea “Yang Baik” yang menjadi tujuan semua idea.
2.       Plato sebagai pendiri epistemologi dan teori pengetahuan Plato.
Pengetahuan menurut Plato bukanlah hasil pengamatan indra, sebab dunia yang kita amati hanya sebagai bayangan dunia Idea. Kerana realitas yang kita amati hanya bayangan (tiruan) dari dunia idea, maka Pengetahuan kita yang berasal dari realitas fisis itu bersifat kabur.Pengetahuan indrawi tidak dapat membuka jalan bagi pemahaman tentang realitas yang sesungguhnya (dunia idea).
      Bagi Plato pengetahuan sejati (episteme) haruslah memenuhi dua kriteria : Pertama, Pengetahuan itu harus pasti; kedua, pengetahuan itu harus tentang realitas yang sempurna dan abadi.
3.      Doxa dan Episteme
Objek doxa adalah objek-objek nyata yang dapat dipersepsi (doxata), objek ini hanya partikular dan tiruan. Sementara objek episteme adalah “noeta”. Objek yang berhubungan dengan “yang asli” atau “arkhai”. Pengetahuan yang universal dan abadi itulah yang disebut dengan episteme oleh Plato.
      Skema teori pengetahuan plato
Objek
Dunia Idea/ Kebajikan Tertinggi
Objek Matematis

Pikiran/Pemahaman
C.     Noisis (Intuisi langsung)
C. Dianoya (Penalaran deduktif)
Episteme
Ide/Bentuk
Dunia Fenomenal
(commonsense) Image
B. Pistis

A.    Eikasia
Doxa
Eikasia adalah tingkatan pengetahuan yang terendah karena objek adalah eikonos (bayangan, gambaran) seperti mimpi atau bayangan di air atau bayangan cermin.
      Pistis, lebih tinggi dari eikasia karena objeknya adalah zooya atau realitas yang tampak. Namun pengamatan tentang benda/objek fisis ini juga sesungguhnya juga hanya tiruan karena tidak sempurna.
      Dianoya, Pengetahuan ini sudah mengarah kepada episteme, seperti matematika. Ojek matematika bukan objek fisis yang partikular, akan tetapi sesuatu yang diselidiki akal budi murni.
      Neosis, adalah tingkat pengetahuan yang paling tinggi, yang objeknya adalah arkhai (prinsip utama idea). Rasio langsung menukik dengan kemampuan intuisi untuk meraih pengetahuan, dengan menggunakan ide-ide yang murni abstrak.
4.      Alegori gua Plato
Plato mengisahkan tentang orang-orang tahanan yang terbelenggu di dalam gua di bawah tanah sejak kecil. Leher dan kaki mereka terbelenggu dan hanya dapat melihat dinding gua dan mereka hanya bisa melihat bayangan yang melewati mulut gua. Jadi orang-orang ini menganggap bayangan itulah realitas yang sesungguhnya, padahal apa yang mereka lihat hanyalah bayangan dan bukan realitas yang sesungguhnya.
      Penafsiran :
a.       Kita tidak sadar bahwa kehidupan penuh dengan ilusi. Pengetahuan yang dangkal serta idealisme yang keliru.
b.      Kiasan seorang politis yang berbicara seenaknya tentang kebijakan politik tanpa mengetahui realitas masyarakat.
c.       Kritik terhadap realisme naif tanpa mempertimbangkan kebutuhan etis, religius dan lingkungan secara lebih luas.
d.      Perlu adanya ilmuan yang bebas dari bayangn ilusi-ilusi. Lalu, memberikan pencerahan dan membantu masyarakat keluar dari berbagai dogmatis, ketertutupan dan ketidakberesan. 
5.      Pandangan tentang Manusia
Manusia bersifat dualistik, yaitu memisahkan antara “jiwa” “roh” “pikiran” dengan “tubuh”. Jika tubuh kita hancur setelah kita meninggal, roh akan tetap eksis dan roh itu kembali ke asalnya (dunia Idea). Demikianlah menurut Plato.
            Plato mengumumkan adanya tiga elemen jiwa yaitu. Pertama, pikiran yang merupakan bagian rasional; kedua, semangat, sedangkan ketiga adalah nafsu-nafsu.
Bagian-bagian ini menentukan fungsinya dalam peran manusia dimana pikiran untuk filsuf dan pemimpin, keberanian untuk prajurit sedangkan nafsu-nafsu sebagai petani/pekerja. 
C.Rene Descartes
Nama latinnya Renatus cartesius, lahir 1596 di Prancis. Ia disebut bapak filsafat modern dan peletak metode rasional untuk penelitian filosifi. Saat rene decartes terjun ke kancah filsafat tidak ada alternatif filsafat yang ditawarkan selain tradisi Plato dan Aristoteles. Descartes yakin bahwa kedua tradisi ini mengandung kelemahan sehingga menimbulkan ketidak pastian. Descartes mengawali filsafat modern dengan menapaki masalah epitimologi dengan mencoba menemukanfundasi bagi kebenaran ilmu pengetahuan yang absolut dan pasti.
            Descartes tidak puas dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak pasti (kecuali matematika) sehingga sering menimbulkan perdebatan. Ia berpendapat perdebatan terjadi karena tidak ada sumber kebenaran mutlak yang menjadi titik tolak yang tidak terbantahkan dalam menyusun ilmu pengetahuan.
1.      Pandangan Descartes ihwal Tuhan
Descartes menempatkan tuhan pada tempat yang tertinggi sebagai “ada”-nya zat yang tidak terbatas dan sempurna.
      “Gagasan yang maha besar itu tidak mungkin hanya sebagai hasil dari pemikiran saya yang terbatas dan tidak sempurna. Gagasan tentang tuhan itu hanya mungkin berasal dari tuhan sendiri, yang setara dengan gagasan besar itu. Keberadaan tuhan diwadahi dengan dalam gagasan itu sendiri, sebagaimana pengertian sudut (tiga sudut) sudah dengan sendirinya tercakup dalam pengertian segitiga.
2.      Tubuh dan Jiwa
Descartes menolak pandangan Aristoteles mengenai jiwa sebagai sesuatu yang menjiwai/menggerakkan badan. Karena bertumpu pada asumsi tertentu, yaitu : akal budi berbeda dengan material namun tidak mengganggap tubuh adalah ilusi seperti pendapat Plato.
Dalam kajian filsafat masalah hubungan tubuh jiwa dapat disederhanakan sebagai berikut.
No.
Pandangan
Keterangan
1
Materialisme
Yang ada hanya materi karena itu tidak ada interaksi antara tubuh dan jiwa.
2
Immaterialisme
Yang eksis hanya persepsi, tidak ada interaksi antara tubuh dan jiwa.
3
Pararelisme
Tubuh dan jiwa terpisah. Keduanya kelihatannya ber interaksi manakala pikiran, otak dan tindakan badan berjalan sejajar.
4
Teori Aspek Ganda
Tubuh dan jiwa merupakan dua aspek dari satu realitas dasar, yang bisa disebut “Tuhan” atau “Alam”.
5
Epifenomenalisme
Kesadaran merupakan persepsi dari badan.
6
Kesatuan tubuh-jiwa
Manusia adalah perpaduan tubuh jiwa. Tingkah laku merupakan cerminan jiwa.

Bagi Descartes pemikiran merupakan sifat hakiki dari njiwa. Yang termasuk pemikiran ialah segala sesuatu yang terjadi di dalam diri manusia seperti : pengenalan indrawi, khayalan, kehendak, imajinasi, dan rasio. Sifat hakiki pemikiran adalah kesadaran (pemikiran), sedangkan sifat hakiki tubuh adalah keluasan atau tubuh yang terkuantifikasi (terukur). Meskipun jiwa dan tubuh terpisah, akan tetapi tubuh dan jiwa bekerja seperti dua buah jam yang berjalan dengan dan sama tepat.
3.      Rasionalisme Descartes dan Ide-ide bawaan
Descartes mengutamakan Rasio sebagai sumber pengetahuan. Descartes juga mengemukakan tiga ide-ide bawaan :
1)      Idea pemikiran: Ide yang memungkinkan saya sebagai mahluk yang berfikir.
2)      Idea Allah : sebagai wujud yang sempurna dan karena saya mempunyai idea yang sempurna, maka pasti ada sesuatu yang sempurna itu, dan wujud yang sempurna itu adalah Allah.
3)      Idea keluasan: Yang memungkinkan saya mengerti materi sebagai keluasan, sebagai mana hal itu dapat dipelajari secara kuantitatif.
4.      Descartes mengajukan prinsip metodologs, yaitu berupa empat aturan yang dapat menjamin kebenaran dan kepastian :
1)      Jangan menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali jika saya mengenalnya secara jelas dan terpilah berdasarkan rasio. Kita hanya menerima kebenaran yang pasti seperti didalam matematika.
2)      Harus mengaanalisisi sekecil mungkin, agar dapat memecahkan masalah lebih mudah dan lebih baik.
3)      Menata masalah dari yang paling sederhana dan mudah dimengerti. Kemudian maju sedikit demi sedikit ketingkat yang lebih kompleks dan sulit.
4)      Merinci keseluruhan dan mengevaluasi kembali secara umum sampai kita yakin bahwa kesimpulan yang kita ambil tidak mengabaikan satu hal/msalah pun. Selalu periksa kembali dengan teliti apakah ada kesalahan ilmiah serta kesesuaian mendasar antara hukum-hukum alam dengan hukum matematika.
Dari Descartes bertolak dari kenyataan dimana kita kerap tertipu oleh pengamatan. Descartes terus meragukan segala hal secara sistematis, meski sekecil apapun. Hanya Tuhan yang bisa menjamin bahwa ide-ide kita yang jelas dan terpilah memang benar dan kita tidak tertipu setan jahat. Lalu Descartes memiliki dasar untuk mengakui bahwa adanya tubuh kita yang berbeda denga rasio; bahwa ide kita mengenai dunia luar adalah benar. Setelah meragukan segala hal maka bagi Descartes ada satu hal yang tidak dapat diragukan keberadaannya, yakni bahwa saya sedang ragu.
      Adapun adanya saya yang ragu menandakan saya yang berfikir. “aku berpikir” merupakan kebenaran filsafat pertama. Jadi, eksistensi yang berpikir merupakan fundasi yang mutlak bagi semua pengetahuan. Jika saya berpikir merupakan satu kepastian mutlak, maka hubungan antara berpikir dengan realitas merupakan suatu keniscayaan. Descartes menempatkan rasio, intuisi dan penalaran deduktif dalam mencapai pengetahuan yang pasti.


D.    Baruch Spinoza
Pemikiran beliau dengan pemikiran yang bebas sehingga banyak orang yang mengucilkannya. Samapi-sampai dari kaum Kristen Ortodoks ingin membunuhnya karena atas pemikiran bebasnya. Ia seorang yang jujur, sopan, pemikir bebas dan menolak pembatasan, termasuk menolak jabatan di Universitas Heidelberg, dengan alasan jabatan itu sebagai posisi resmi.
Spinoza menulis tentang etika dan berusaha untuk menyusun satu geometri filsafat. Etikanya mencoba untuk menjelaskan secara matematis bagaimana menjalani hidup yang baik dan bermoral, dan menerima konsep ide yang terpilah sebagai sesuatu yang benar. Sistem filsafatnya tersusun berdasarkan definisi dan aksioma-aksioma. Sitemnya menjelaskan kenyataan dalam dunia secara ketat ditentukan tata dan hubungan ide-ide, sama dangan tata dan hubungan benda-benda. Ia menolak dualism Descartes (yang mengemukakan bahwa subtansi tubuh dan jiwa merupakan dua subtansi yang berbeda).
Spinoza menyatakan bahwa hanya ada satu subtansi : “Deus sive natura” (Tuhan atau alam). Tuhan dan alam adalah satu dan sama. Natura naturans menampakan diri dalam natura naturata. Realitas absolute muncul di alam (realitas) fenomental. Dunia hanya sebagai modus adanya Tuhan. Memahami dunia dengan totalitasnya, akan membawa kita pada Tuhan. Ia seorang pantaisme yang prinsipnya tidak didasarkan atas mistisisme, akan tetapi prinsip epistemologis.
Jelas sekali bahwa pandangan monism ontologis Spinoza ini, berdampak pada prinsip epistemology yang menempatkan pikiran (rasio) secara tidak terbatas. Semua idea, menurutnya pasti benar karena semua idea adalah Tuhan. Alam adalah kenyataan tunggal : matahari, bulan, laut, gunung yang ada di hadapan kita. Bahkan kita sendiri adalah Tuhan yang menampakkan diri. Agak mirip dengan Spinoza, Leibniz (1646-1716) adalah filsuf idealis dan rasionalis besar sehingga dijuluki sebagai Aristoteles zaman modern. Menurutnya, pikiran adalah prinsip yang dapat menjelaskan semua realitas.

E.     George Wilhelm Friedrich Hegel
Hegel selalu berbicara tentang yang absolute, ide, yang satu, roh-dunia. Ini merujuk pada Tuhan, walaupun bukan Tuhan seperti pandangan pendeta (agamawan) umumnya. Roh absolute adalah yang menyelimuti, mengatur dan membimbing seluruh realitas. Dengan penlaran, kita tidak perlu menyelidiki yang abssolut itu, kita adalah bagian darinya dan merupakan ekpresinya.

Berikut adalah berbagai pemikiran Hegel :
1.      Teori tentang realitas (metafisika)
Pemikiran Hegel merupakan reaksi atas pemikiran Immanuel Kant yang menyatakan bahwa manusia hanya dapat mengenal gejala-gejala (fenomena) atau benda-benda sejauh diamati oleh pancaindra dan hasil pengamatan itu kemudian distruktur (diolah) oleh kategori-kategori akal. Jadi yang dikenal menurut Kant hanyalah gejala yang tampak, sementara hakikat di balik gejala itu tidak diketahui. Hegel justru berpendapat bahwa jarak antara fenomena dan noumena itu dapat diatasi, segal sesuatunya dapat diketahui. Hegel mencoba mengatasi pertentangan itu dengan mencoba memahami bagaimana pikiran manusia bekerja. Hegel mengemukakan bahwa pemikiran kita bekerja atas proses dialektika, dimana pertentangan-pertentangan seperti pertentangan antara “form being” atau “fenomena-noumena” diatas. Jadi menurut Hegel tidak ada noumena yang tidak dapat diketahui seperti pendapat Kant.
2.      Idealisme Absolut
Pemikiran hegel dikenal sebagai idealisme absolute yang menyatakan bahwa realitas adaalh realisasi atau perkembangan dari spirit (Roh). Seluruh kenyataan tidak lain dari penampakan diri yang dilakukan oleh akal yang tak terbatas. Akal itu adalah pikiran yang memikirkan dirinya sendiri dan menguaktualisasikan diri dalam proses historis. Prinsip kontradiksi adalah dasar bagi gerak dan kehidupan. Kontradiksi itu berproses bukan dengan semaunya, melainkan berdasarkan proses dialektik.
Idealisme absolute Hegel merupakan sintesis antara idealisme subjektif Fichte dengan idealisme objektif Scehelling. Dalam pandangan Hegel, yang terpenting daalm proses evolusi bukanlah pada apa yang terjadi pada awalnya, akan tetapi hasil akhirnya. Manusia mencapai tahap pengetahuan yang tertinggi bila ia mampu menangkap idea dunia, mengetahui maknanya, memahami cara kerja pikiran yang dinamis universal, kategori-kategori dan pengertiannya.
Idealisme Hegel dibangun di atas satu sistem triade (idea-natur-spirit). Dunia, menurut Hegel adalah satu tatanan yang rasional. Konsep-konsep intelek (rasio) sesuai dengan evolusi objektif dari dunia. Kategori-kategori pikiran subjektif seperti kategori-kategori alam semesta, karena pikiran dan keberadaan alam adalah satu. Rasionalitas hanya dapat diketahui dengan pemikiran. Fungssi filsafat adalah mengenal kaidah-kaidah yang dengan akalnya bekerja. Karena filsafat dann metode Hegel mengikuti dinamika pikiran dan kenyataan, maka metodenya disebut dengan metode dialektis. Metode dialektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah : dua sebagai pengertian (pernyataan,pendapat) yang saling bertentangan dan satu lagi sebagai langkah penggabungan/pendamai kedua pengertian yang bertentangan itu. Ketiga langkah itu disebut dengan tesis-antitesis-sintesis.
3.      Dialektika
Seluruh sistem filsafat hegek terdiri dari triade-triade yaituu rangkaian proses dialektis, yaitu terdiri dari tiga tahap. Tahap tersebut adalah
a.       Tesis         : suatu konsep universal yang abstrak sebagai titik tolak.
b.      Antithesis             : kontradiksi atas tesis.
c.       Sintesis     : penyatuan konsep yang bertentangan (tesis-antitesis).
Tesis sebagai titik tolak metode Hegel terdiri dari pengertian atau konsep-konsep yang dianggap jelas ddan fundamental. Pengertian konsep itu bersifat mendalam (seperti : ada, akal, kebebasan) dan tidak berupa pengertian yang dangkal , misalnya konsep meja, kursi dan lain-lain. Tesis akan membawa orang pada antithesis atau pengingkaran/negasi. Misalnya dalam phaenomenologie, ia  mengemukakan sebagai antithesis dari pengertian konkret indrawi, timbul pengertian formal. Contoh lain, pengertian tentang kebebasan sebagai kebebasan mutlak, memunculkan antithesis keharusan atau aturan/hokum. Konsep ada menimbulkan konsep tidak ada sebagai antithesis, akal menimbulkan ituisi, objektif menimbulkan subjektif, ide dengan alam.
Sintesis merupakan penyelesaian evolutif atas konsep-konsep yang saling bertentangan dan merupakan penyelesaian dari konsep  yang bertentangan itu. Sintesis ini merupakan pengingkaran terhadap pengingkaran, dimana tesis dan antitesis sama-sama dipikirkan dan saling mengisi, saaling memperkaya dan memperbarui keduanya. Sintesis sebagai upaya mengangkat, melarutkan keduanya ke tahap yang lebih tinggi. Sehingga, kedua pengertian atau pandangan yang saling bertentangan itu akhirnya mendapat kenyataan dan pemahamam baru. Ketiga langkah itu sebenarnya dianggap imanen satu sama lain dan hanya merupakan satu gerakan saja.



















BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
  1. Rasionalisme adalah aliran yang meyakini hanya rasio/akal yg menjadi dasar kepastian dan kebenaran.
  2. Ajaran-ajaran dasar rasionalisme :
a.       Rasionalisme percaya bahwa melalui proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal : (a) mengenai apa yang ada serta strukturnya, dan (b) tentang alam semesta pada umumnya.
b.      Realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa menggunakan metode empiris.
c.       Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului pengalaman apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman disebut dengan pengetahuan priori.
d.      Akal budi adalah sumber utama ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah sistem deduktif yang dapat dipahami secara rasional yang hanya secara tidak langsung berhubungan dengan pengalaman indrawi.
e.       Kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi, akan tetapi melalui kriteria konsistensi logis. Kaum rasionalisme menentukan kebenaran yang didasarkan atas konsistensi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain atau kesesuaian antara pernyataan dengan kesepakatan para ilmuan.
f.       Alam semesta mengikuti hukum-hukum alam yang rasional, karena alam semesta adalah sistem yang dirancang secara rasional, yang aturan-aturannya sesuai dengan logika/matematika.
3.      Plato pendiri epistemologi dan teori pengetahuan Plato, Rene descartes dengan gagasan ide bawaan, baruch Spinoza dengan faham Panteisme dan Hegel dengan dialektika.  

1 Komentar untuk "rasionalisme"

Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel