rasionalisme
Rabu, 11 Oktober 2017
1 Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Bab
ini akan membahas secara ringkas tentang pemikir tokoh rasionalisme baik yang
hidup di era klasik maupun era modern. Untuk era klasik, pembahasan difokuskan
pada pemikiran Rene Descartes dan Baruch Spinoza. Kendari tokoh-tokoh
rasionalisme ini memiliki perbedaan, tetapi mereka memiliki kesamaan yakni
mereka sama-sama meyakini bahwa rasio adalah sumber pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH.
1.
Apa itu rasionalisme?
2.
Apa ajaran-ajaran pokok rasionalisme
3.
Siapa saja tokoh rasionalisme dan bagaimanakah pemikirannya?
C. TUJUAN PENULISAN.
1.
Mengetahui pengertian rasionalisme
2.
Mengetahui ajaran-ajaran pokok rasionalisme
3.
Mengetahui tokoh-tokoh rasionalisme dan pemikirannya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ajaran-ajaran pokok Rasionalisme
Beberapa
ajaran rasionalisme di antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Rasionalisme percaya bahwa melalui proses pemikiran abstrak kita dapat
mencapai kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal : (a) mengenai apa
yang ada serta strukturnya, dan (b) tentang alam semesta pada umumnya.
b.
Realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa
menggunakan metode empiris.
c.
Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului
pengalaman apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman disebut
dengan pengetahuan priori.
d.
Akal budi adalah sumber utama ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan pada
dasarnya adalah sistem deduktif yang dapat dipahami secara rasional yang hanya
secara tidak langsung berhubungan dengan pengalaman indrawi.
e.
Kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi, akan tetapi melalui
kriteria konsistensi logis. Kaum rasionalisme menentukan kebenaran yang
didasarkan atas konsistensi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang
lain atau kesesuaian antara pernyataan dengan kesepakatan para ilmuan.
f.
Alam semesta mengikuti hukum-hukum alam yang rasional, karena alam semesta
adalah sistem yang dirancang secara rasional, yang aturan-aturannya sesuai
dengan logika/matematika.
B.
Plato
Nama asli
plato (427-347 SM) adalah Aristokles. Tapi panggilan Plato yang lebih dikenal
sampai sekarang.
1.
Pemikir dan pemikiran yang mempengaruhi Plato
Pandangan plato tentang filsafat dipengaruhi oleh
beberapa filsuf pra Socrates antara lain:
a.
Pytagoras, yang memberikan pengaruh bagi Plato tentang keabadian jiwa,
mistisisme dan matematika.
b.
Parmanides, yang memberi Plato pemikiran tentang kenyataan yang abadi, yang
tidak berubah oleh waktu sebagai realitas paling dasar yang paling dasar yang
oleh Plato disebut dunia Idea.
c.
Heraclitos, yang memberi Plato dasar pemikiran tentang tidak adanya sesuatu
yang permanen dalam dunia fisik, karena itu pengetahuan tentang dunia empiris
hanya sekedar doxa (pendapat) dan
bukan episteme pengetahuan yang sempurna).
d.
Socrates, yang memberikan pengaruh kepada Plato tentang problem etika serta
perlunya tujuan kehidupan didunia, karenanya Plato menekankan perlunya
menggeluti pengetahuan tentang Idea
“Yang Baik” yang menjadi tujuan semua idea.
2.
Plato sebagai pendiri epistemologi
dan teori pengetahuan Plato.
Pengetahuan menurut Plato bukanlah hasil pengamatan
indra, sebab dunia yang kita amati hanya sebagai bayangan dunia Idea. Kerana realitas yang kita amati
hanya bayangan (tiruan) dari dunia idea,
maka Pengetahuan kita yang berasal dari realitas fisis itu bersifat
kabur.Pengetahuan indrawi tidak dapat membuka jalan bagi pemahaman tentang
realitas yang sesungguhnya (dunia idea).
Bagi Plato
pengetahuan sejati (episteme)
haruslah memenuhi dua kriteria : Pertama, Pengetahuan itu harus pasti; kedua,
pengetahuan itu harus tentang realitas yang sempurna dan abadi.
3.
Doxa dan Episteme
Objek doxa adalah objek-objek nyata yang dapat dipersepsi
(doxata), objek ini hanya partikular dan tiruan. Sementara objek episteme
adalah “noeta”. Objek yang berhubungan dengan “yang asli” atau “arkhai”.
Pengetahuan yang universal dan abadi itulah yang disebut dengan episteme oleh
Plato.
Skema teori
pengetahuan plato
Objek
Dunia Idea/ Kebajikan Tertinggi
Objek Matematis
|
Pikiran/Pemahaman
C.
Noisis (Intuisi langsung)
C. Dianoya (Penalaran deduktif)
|
Episteme
|
Ide/Bentuk
Dunia Fenomenal
(commonsense) Image
|
B. Pistis
A.
Eikasia
|
Doxa
|
Eikasia adalah
tingkatan pengetahuan yang terendah karena objek adalah eikonos (bayangan,
gambaran) seperti mimpi atau bayangan di air atau bayangan cermin.
Pistis, lebih
tinggi dari eikasia karena objeknya adalah zooya atau realitas yang tampak.
Namun pengamatan tentang benda/objek fisis ini juga sesungguhnya juga hanya
tiruan karena tidak sempurna.
Dianoya,
Pengetahuan ini sudah mengarah kepada episteme, seperti matematika. Ojek
matematika bukan objek fisis yang partikular, akan tetapi sesuatu yang
diselidiki akal budi murni.
Neosis, adalah
tingkat pengetahuan yang paling tinggi, yang objeknya adalah arkhai (prinsip
utama idea). Rasio langsung menukik dengan kemampuan intuisi untuk meraih
pengetahuan, dengan menggunakan ide-ide yang murni abstrak.
4.
Alegori gua Plato
Plato mengisahkan tentang orang-orang tahanan yang terbelenggu
di dalam gua di bawah tanah sejak kecil. Leher dan kaki mereka terbelenggu dan
hanya dapat melihat dinding gua dan mereka hanya bisa melihat bayangan yang
melewati mulut gua. Jadi orang-orang ini menganggap bayangan itulah realitas
yang sesungguhnya, padahal apa yang mereka lihat hanyalah bayangan dan bukan
realitas yang sesungguhnya.
Penafsiran :
a.
Kita tidak sadar bahwa kehidupan penuh dengan ilusi. Pengetahuan yang
dangkal serta idealisme yang keliru.
b.
Kiasan seorang politis yang berbicara seenaknya tentang kebijakan politik
tanpa mengetahui realitas masyarakat.
c.
Kritik terhadap realisme naif tanpa mempertimbangkan kebutuhan etis,
religius dan lingkungan secara lebih luas.
d.
Perlu adanya ilmuan yang bebas dari bayangn ilusi-ilusi. Lalu, memberikan
pencerahan dan membantu masyarakat keluar dari berbagai dogmatis, ketertutupan
dan ketidakberesan.
5.
Pandangan tentang Manusia
Manusia bersifat dualistik, yaitu memisahkan antara
“jiwa” “roh” “pikiran” dengan “tubuh”. Jika tubuh kita hancur setelah kita
meninggal, roh akan tetap eksis dan roh itu kembali ke asalnya (dunia Idea).
Demikianlah menurut Plato.
Plato
mengumumkan adanya tiga elemen jiwa yaitu. Pertama, pikiran yang merupakan
bagian rasional; kedua, semangat, sedangkan ketiga adalah nafsu-nafsu.
Bagian-bagian ini menentukan fungsinya dalam peran
manusia dimana pikiran untuk filsuf dan pemimpin, keberanian untuk prajurit
sedangkan nafsu-nafsu sebagai petani/pekerja.
C.Rene Descartes
Nama latinnya
Renatus cartesius, lahir 1596 di Prancis. Ia disebut bapak filsafat modern dan
peletak metode rasional untuk penelitian filosifi. Saat rene decartes terjun ke
kancah filsafat tidak ada alternatif filsafat yang ditawarkan selain tradisi
Plato dan Aristoteles. Descartes yakin bahwa kedua tradisi ini mengandung
kelemahan sehingga menimbulkan ketidak pastian. Descartes mengawali filsafat
modern dengan menapaki masalah epitimologi dengan mencoba menemukanfundasi bagi
kebenaran ilmu pengetahuan yang absolut dan pasti.
Descartes tidak puas dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak pasti (kecuali matematika) sehingga
sering menimbulkan perdebatan. Ia berpendapat perdebatan terjadi karena tidak
ada sumber kebenaran mutlak yang menjadi titik tolak yang tidak terbantahkan
dalam menyusun ilmu pengetahuan.
1.
Pandangan Descartes ihwal Tuhan
Descartes
menempatkan tuhan pada tempat yang tertinggi sebagai “ada”-nya zat yang tidak
terbatas dan sempurna.
“Gagasan yang
maha besar itu tidak mungkin hanya sebagai hasil dari pemikiran saya yang
terbatas dan tidak sempurna. Gagasan tentang tuhan itu hanya mungkin berasal
dari tuhan sendiri, yang setara dengan gagasan besar itu. Keberadaan tuhan
diwadahi dengan dalam gagasan itu sendiri, sebagaimana pengertian sudut (tiga
sudut) sudah dengan sendirinya tercakup dalam pengertian segitiga.
2.
Tubuh dan Jiwa
Descartes menolak pandangan Aristoteles mengenai jiwa
sebagai sesuatu yang menjiwai/menggerakkan badan. Karena bertumpu pada asumsi
tertentu, yaitu : akal budi berbeda dengan material namun tidak mengganggap
tubuh adalah ilusi seperti pendapat Plato.
Dalam kajian
filsafat masalah hubungan tubuh jiwa dapat disederhanakan sebagai berikut.
No.
|
Pandangan
|
Keterangan
|
1
|
Materialisme
|
Yang ada hanya materi karena itu tidak ada interaksi
antara tubuh dan jiwa.
|
2
|
Immaterialisme
|
Yang eksis hanya persepsi, tidak ada interaksi antara
tubuh dan jiwa.
|
3
|
Pararelisme
|
Tubuh dan jiwa terpisah. Keduanya kelihatannya ber
interaksi manakala pikiran, otak dan tindakan badan berjalan sejajar.
|
4
|
Teori Aspek Ganda
|
Tubuh dan jiwa merupakan dua aspek dari satu realitas
dasar, yang bisa disebut “Tuhan” atau “Alam”.
|
5
|
Epifenomenalisme
|
Kesadaran merupakan persepsi dari badan.
|
6
|
Kesatuan tubuh-jiwa
|
Manusia adalah perpaduan tubuh jiwa. Tingkah laku
merupakan cerminan jiwa.
|
Bagi Descartes
pemikiran merupakan sifat hakiki dari njiwa. Yang termasuk pemikiran ialah
segala sesuatu yang terjadi di dalam diri manusia seperti : pengenalan indrawi,
khayalan, kehendak, imajinasi, dan rasio. Sifat hakiki pemikiran adalah
kesadaran (pemikiran), sedangkan sifat hakiki tubuh adalah keluasan atau tubuh
yang terkuantifikasi (terukur). Meskipun jiwa dan tubuh terpisah, akan tetapi
tubuh dan jiwa bekerja seperti dua buah jam yang berjalan dengan dan sama
tepat.
3.
Rasionalisme Descartes dan Ide-ide bawaan
Descartes mengutamakan Rasio sebagai sumber pengetahuan.
Descartes juga mengemukakan tiga ide-ide bawaan :
1)
Idea pemikiran: Ide yang memungkinkan saya sebagai mahluk yang berfikir.
2)
Idea Allah : sebagai wujud yang sempurna dan karena saya mempunyai idea
yang sempurna, maka pasti ada sesuatu yang sempurna itu, dan wujud yang
sempurna itu adalah Allah.
3)
Idea keluasan: Yang memungkinkan saya mengerti materi sebagai keluasan,
sebagai mana hal itu dapat dipelajari secara kuantitatif.
4.
Descartes mengajukan prinsip metodologs, yaitu berupa empat aturan yang
dapat menjamin kebenaran dan kepastian :
1)
Jangan menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali jika saya
mengenalnya secara jelas dan terpilah berdasarkan rasio. Kita hanya menerima
kebenaran yang pasti seperti didalam matematika.
2)
Harus mengaanalisisi sekecil mungkin, agar dapat memecahkan masalah lebih
mudah dan lebih baik.
3)
Menata masalah dari yang paling sederhana dan mudah dimengerti. Kemudian
maju sedikit demi sedikit ketingkat yang lebih kompleks dan sulit.
4)
Merinci keseluruhan dan mengevaluasi kembali secara umum sampai kita yakin
bahwa kesimpulan yang kita ambil tidak mengabaikan satu hal/msalah pun. Selalu
periksa kembali dengan teliti apakah ada kesalahan ilmiah serta kesesuaian
mendasar antara hukum-hukum alam dengan hukum matematika.
Dari
Descartes bertolak dari kenyataan dimana kita kerap tertipu oleh pengamatan.
Descartes terus meragukan segala hal secara sistematis, meski sekecil apapun.
Hanya Tuhan yang bisa menjamin bahwa ide-ide kita yang jelas dan terpilah
memang benar dan kita tidak tertipu setan jahat. Lalu Descartes memiliki dasar
untuk mengakui bahwa adanya tubuh kita yang berbeda denga rasio; bahwa ide kita
mengenai dunia luar adalah benar. Setelah meragukan segala hal maka bagi
Descartes ada satu hal yang tidak dapat diragukan keberadaannya, yakni bahwa
saya sedang ragu.
Adapun adanya saya yang ragu menandakan
saya yang berfikir. “aku berpikir” merupakan kebenaran filsafat pertama. Jadi,
eksistensi yang berpikir merupakan fundasi yang mutlak bagi semua pengetahuan.
Jika saya berpikir merupakan satu kepastian mutlak, maka hubungan antara
berpikir dengan realitas merupakan suatu keniscayaan. Descartes menempatkan
rasio, intuisi dan penalaran deduktif dalam mencapai pengetahuan yang pasti.
D.
Baruch Spinoza
Pemikiran
beliau dengan pemikiran yang bebas sehingga banyak orang yang mengucilkannya.
Samapi-sampai dari kaum Kristen Ortodoks ingin membunuhnya karena atas
pemikiran bebasnya. Ia seorang yang jujur, sopan, pemikir bebas dan menolak
pembatasan, termasuk menolak jabatan di Universitas Heidelberg, dengan alasan
jabatan itu sebagai posisi resmi.
Spinoza
menulis tentang etika dan berusaha untuk menyusun satu geometri filsafat.
Etikanya mencoba untuk menjelaskan secara matematis bagaimana menjalani hidup
yang baik dan bermoral, dan menerima konsep ide yang terpilah sebagai sesuatu
yang benar. Sistem filsafatnya tersusun berdasarkan definisi dan
aksioma-aksioma. Sitemnya menjelaskan kenyataan dalam dunia secara ketat
ditentukan tata dan hubungan ide-ide, sama dangan tata dan hubungan
benda-benda. Ia menolak dualism Descartes (yang mengemukakan bahwa subtansi
tubuh dan jiwa merupakan dua subtansi yang berbeda).
Spinoza
menyatakan bahwa hanya ada satu subtansi : “Deus sive natura” (Tuhan
atau alam). Tuhan dan alam adalah satu dan sama. Natura naturans menampakan
diri dalam natura naturata. Realitas absolute muncul di alam (realitas)
fenomental. Dunia hanya sebagai modus adanya Tuhan. Memahami dunia dengan
totalitasnya, akan membawa kita pada Tuhan. Ia seorang pantaisme yang
prinsipnya tidak didasarkan atas mistisisme, akan tetapi prinsip epistemologis.
Jelas
sekali bahwa pandangan monism ontologis Spinoza ini, berdampak pada prinsip
epistemology yang menempatkan pikiran (rasio) secara tidak terbatas. Semua
idea, menurutnya pasti benar karena semua idea adalah Tuhan. Alam adalah
kenyataan tunggal : matahari, bulan, laut, gunung yang ada di hadapan kita.
Bahkan kita sendiri adalah Tuhan yang menampakkan diri. Agak mirip dengan
Spinoza, Leibniz (1646-1716) adalah filsuf idealis dan rasionalis besar
sehingga dijuluki sebagai Aristoteles zaman modern. Menurutnya, pikiran adalah
prinsip yang dapat menjelaskan semua realitas.
E.
George Wilhelm Friedrich Hegel
Hegel
selalu berbicara tentang yang absolute, ide, yang satu, roh-dunia. Ini merujuk
pada Tuhan, walaupun bukan Tuhan seperti pandangan pendeta (agamawan) umumnya.
Roh absolute adalah yang menyelimuti, mengatur dan membimbing seluruh realitas.
Dengan penlaran, kita tidak perlu menyelidiki yang abssolut itu, kita adalah
bagian darinya dan merupakan ekpresinya.
Berikut adalah berbagai pemikiran
Hegel :
1. Teori tentang realitas (metafisika)
Pemikiran Hegel merupakan reaksi
atas pemikiran Immanuel Kant yang menyatakan bahwa manusia hanya dapat mengenal
gejala-gejala (fenomena) atau benda-benda sejauh diamati oleh pancaindra dan
hasil pengamatan itu kemudian distruktur (diolah) oleh kategori-kategori akal.
Jadi yang dikenal menurut Kant hanyalah gejala yang tampak, sementara hakikat
di balik gejala itu tidak diketahui. Hegel justru berpendapat bahwa jarak
antara fenomena dan noumena itu dapat diatasi, segal sesuatunya dapat
diketahui. Hegel mencoba mengatasi pertentangan itu dengan mencoba memahami
bagaimana pikiran manusia bekerja. Hegel mengemukakan bahwa pemikiran kita
bekerja atas proses dialektika, dimana pertentangan-pertentangan seperti
pertentangan antara “form being” atau “fenomena-noumena” diatas. Jadi menurut
Hegel tidak ada noumena yang tidak dapat diketahui seperti pendapat Kant.
2. Idealisme Absolut
Pemikiran hegel dikenal sebagai
idealisme absolute yang menyatakan bahwa realitas adaalh realisasi atau
perkembangan dari spirit (Roh). Seluruh kenyataan tidak lain dari penampakan
diri yang dilakukan oleh akal yang tak terbatas. Akal itu adalah pikiran yang
memikirkan dirinya sendiri dan menguaktualisasikan diri dalam proses historis.
Prinsip kontradiksi adalah dasar bagi gerak dan kehidupan. Kontradiksi itu
berproses bukan dengan semaunya, melainkan berdasarkan proses dialektik.
Idealisme absolute Hegel merupakan
sintesis antara idealisme subjektif Fichte dengan idealisme objektif
Scehelling. Dalam pandangan Hegel, yang terpenting daalm proses evolusi
bukanlah pada apa yang terjadi pada awalnya, akan tetapi hasil akhirnya.
Manusia mencapai tahap pengetahuan yang tertinggi bila ia mampu menangkap idea
dunia, mengetahui maknanya, memahami cara kerja pikiran yang dinamis universal,
kategori-kategori dan pengertiannya.
Idealisme Hegel dibangun di atas
satu sistem triade (idea-natur-spirit). Dunia, menurut Hegel adalah satu
tatanan yang rasional. Konsep-konsep intelek (rasio) sesuai dengan evolusi
objektif dari dunia. Kategori-kategori pikiran subjektif seperti
kategori-kategori alam semesta, karena pikiran dan keberadaan alam adalah satu.
Rasionalitas hanya dapat diketahui dengan pemikiran. Fungssi filsafat adalah
mengenal kaidah-kaidah yang dengan akalnya bekerja. Karena filsafat dann metode
Hegel mengikuti dinamika pikiran dan kenyataan, maka metodenya disebut dengan
metode dialektis. Metode dialektis itu diungkapkan sebagai tiga langkah : dua
sebagai pengertian (pernyataan,pendapat) yang saling bertentangan dan satu lagi
sebagai langkah penggabungan/pendamai kedua pengertian yang bertentangan itu.
Ketiga langkah itu disebut dengan tesis-antitesis-sintesis.
3. Dialektika
Seluruh sistem filsafat hegek
terdiri dari triade-triade yaituu rangkaian proses dialektis, yaitu terdiri
dari tiga tahap. Tahap tersebut adalah
a. Tesis :
suatu konsep universal yang abstrak sebagai titik tolak.
b. Antithesis : kontradiksi atas tesis.
c. Sintesis :
penyatuan konsep yang bertentangan (tesis-antitesis).
Tesis sebagai titik tolak metode
Hegel terdiri dari pengertian atau konsep-konsep yang dianggap jelas ddan
fundamental. Pengertian konsep itu bersifat mendalam (seperti : ada, akal,
kebebasan) dan tidak berupa pengertian yang dangkal , misalnya konsep meja,
kursi dan lain-lain. Tesis akan membawa orang pada antithesis atau pengingkaran/negasi.
Misalnya dalam phaenomenologie, ia
mengemukakan sebagai antithesis dari pengertian konkret indrawi, timbul
pengertian formal. Contoh lain, pengertian tentang kebebasan sebagai kebebasan
mutlak, memunculkan antithesis keharusan atau aturan/hokum. Konsep ada
menimbulkan konsep tidak ada sebagai antithesis, akal menimbulkan ituisi,
objektif menimbulkan subjektif, ide dengan alam.
Sintesis merupakan penyelesaian
evolutif atas konsep-konsep yang saling bertentangan dan merupakan penyelesaian
dari konsep yang bertentangan itu.
Sintesis ini merupakan pengingkaran terhadap pengingkaran, dimana tesis dan
antitesis sama-sama dipikirkan dan saling mengisi, saaling memperkaya dan
memperbarui keduanya. Sintesis sebagai upaya mengangkat, melarutkan keduanya ke
tahap yang lebih tinggi. Sehingga, kedua pengertian atau pandangan yang saling
bertentangan itu akhirnya mendapat kenyataan dan pemahamam baru. Ketiga langkah
itu sebenarnya dianggap imanen satu sama lain dan hanya merupakan satu gerakan
saja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Rasionalisme
adalah aliran yang meyakini hanya rasio/akal yg menjadi dasar kepastian
dan kebenaran.
- Ajaran-ajaran dasar rasionalisme :
a.
Rasionalisme percaya bahwa melalui proses pemikiran abstrak kita dapat mencapai
kebenaran fundamental, yang tidak dapat disangkal : (a) mengenai apa yang ada
serta strukturnya, dan (b) tentang alam semesta pada umumnya.
b.
Realitas serta beberapa kebenaran tentang realitas dapat dicapai tanpa
menggunakan metode empiris.
c.
Pikiran mampu mengetahui beberapa kebenaran tentang realitas, mendahului
pengalaman apapun juga. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pengalaman disebut
dengan pengetahuan priori.
d.
Akal budi adalah sumber utama ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan pada
dasarnya adalah sistem deduktif yang dapat dipahami secara rasional yang hanya
secara tidak langsung berhubungan dengan pengalaman indrawi.
e.
Kebenaran tidak diuji melalui verifikasi indrawi, akan tetapi melalui
kriteria konsistensi logis. Kaum rasionalisme menentukan kebenaran yang
didasarkan atas konsistensi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang
lain atau kesesuaian antara pernyataan dengan kesepakatan para ilmuan.
f.
Alam semesta mengikuti hukum-hukum alam yang rasional, karena alam semesta
adalah sistem yang dirancang secara rasional, yang aturan-aturannya sesuai
dengan logika/matematika.
3.
Plato pendiri epistemologi dan teori pengetahuan Plato, Rene descartes
dengan gagasan ide bawaan, baruch Spinoza dengan faham Panteisme dan Hegel
dengan dialektika.
jos
BalasHapus